5 Mitos Tentang Minuman Bir yang Ternyata Salah

Minuman beralkohol yang dibuat melalui proses fermentasi dan penyulingan ini disebut sebagai minuman terpopuler ketiga di dunia setelah air dan teh.

Bahkan, ada pula yang menyebut bahwa bir merupakan minuman beralkohol tertua di dunia.

Namun, di balik kepopulerannya ternyata banyak pemahaman atau mitos salah tentang minuman ini.

Berikut ini adalah sejumlah mitos tentang minuman bir yang harus diluruskan.

1. Bir berbahaya bagi kesehatan

Ini merupakan mitos yang paling sering didengar. Satu hal yang harus dipahami adalah, segala sesuatu yang berlebihan selalu berpengaruh buruk bagi kesehatan. Faktanya, banyak riset di bidang kesehatan yang menunjukkan bahwa ketika bir dikonsumsi, hal itu justru dapat memberi efek positif pada tubuh. Bir juga diketahui mengandung protein dan vitamin penting yang berasal dari bahan-bahan alami.

2. Bir nikmat diminum dalam keadaan dingin

Bir dingin memang sangat menyegarkan, apalagi disaat cuaca panas. Tapi, jika bir terlalu dingin, kemungkinan akan mempengaruhi cita rasa yang seharusnya jauh lebih nikmat.  Banyak bir yang dibuat dengan cita rasa yang kaya, dan apabila semakin dingin bir disajikan maka semakin kecil kemungkinan mengecapnya. Dengan demikian yang terbaik adalah menikmati bir dalam keadaan cukup dingin, dan cita rasa kaya tadi akan muncul sepenuhnya.

3. Bir di botol lebih baik daripada di kaleng

Bir di botol tak menjadi jaminan sebagai bir yang lebih enak daripada yang dikemas dalam kaleng. Sebenarnya kaleng menjanjikan kualitas bir yang lebih baik, karena bir terlindung dari cahaya langsung sehingga cita rasanya lebih terjaga.

4. Bir tak harus berbusa

Udara memengaruhi kuantitas busa saat bir dituangkan. Minimnya kontaminasi udara pada bir akan memicu munculnya banyak gelembung busa. Segel bir yang rapat membantu menjaga bir dari pengaruh udara luar. Jadi, makin banyak gelembung busa yang muncul makin mengindikasikan kesegaran bir tersebut.

5. Ragi adalah bahan utama bir

Sebenarnya, ragi bukanlah bahan utama pembuat bir. Ragi hanya digunakan sebagai katalis dalam proses pembuatannya. Ragi memang bagian penting dari proses pembuatan bir. Ragi membantu mengonversi gula menjadi alkohol, dan juga memunculkan cita rasa buah, dan warna keemasan khas bir. Namun, ragi disaring keluar setelah proses fermentasi, dan karena alasan inilah ragi tidak dapat dianggap sebagai bahan utama bir. Kebanyakan bir terbuat dari biji gandum dan hop. Biji gandum ini yang membentuk gula dan enzim yang memecah protein dengan bantuan ragi. Sementa hop, yang juga dikenal dengan nama humulus lupulus, digunakan sebagai bahan pemberi rasa dan menjaga cita rasa bir, serta untuk menambah rasa pahit dan asam.